Fundamental skill ini harus dibangun sejak dini, yaitu dari jenjang Sekolah Dasar. Dan menurut saya untuk di Indonesia, fundamental skill ini harus tetap di ajarkan sampai perguruan tinggi karena kualitas pendidikan yang belum merata.

Untuk menjadi expert di fundamental skill, setiap orang butuh waktu yang berbeda-beda. Ada yang cukup di sekolah saja atau bahkan seumur hidupnya. Nah, disinilah pentingnya kita mengenal diri kita sendiri (self-awareness). Sudah sejauh manakah kita menguasai fundamental skill ? Salah satu cara efektif mengujinya adalah dengan mengikuti berbagai macam tes seperti Tes Potensi Skolastik (TPS), Tes Potensi Akademik (TPA) atau Criteria Cognitive Aptitude Test (CCAT) atau tes lainnya yang menguji fundamental skill.

Yang dimaksud dengan fundamental skill adalah sebagai berikut:

Basic Thinking Skill

Bagaimana caranya kita tau, apa yang kita pikirkan itu sudah benar? atau tau bahwa pemikiran kita itu salah? bagaimana informasi yang kita terima kita bisa validasi dengan benar? bagaimana caranya?

Singkat cerita, coba kita pahami Efek Dunning–Kruger di grafik berikut ini:

Efek Dunning-Kruger: Media Massa dan Covid-19 Halaman 1 - Kompasiana.com

Penjelasan singkat dari grafik tersebut adalah, ketika orang mempelajari hal baru lalu dia merasa sangat percaya diri dan merasa tau segalanya. Padahal kompetensinya masih rendah.

Seiring berjalannya waktu, asalkan orang tersebut terus belajar, dia akan sadar bahwa ada hal-hal lain yang ternyata dia belum tau. Bahkan berpikir bahwa dia tidak akan pernah bisa memahami hal itu.

Pantang menyerah, belajar dan belajar lagi, sampailah orang itu di titik dimana dia bisa mulai memahami ketidaktahuannya. Kemudian dia pelajari kembali lalu mulai merasa masuk akal dengan hal-hal tersebut. Sehingga pada akhirnya orang ini akan sadar bahwa, ternyata hal itu tidaklah mudah, itu adalah hal yang complicated. Dan pada saat itulah kompetensinya dia semakin tinggi, semakin baik dari sebelumnya.

Agar tidak terjebak dengan Efek Dunning–Kruger, ada salah satu tools berpikir yang bisa digunakan yaitu Systems Thinking:

  • Connection circles
  • Iceberg model
  • Balancing feedback loop
  • Reinforcing feedback loop

Dan masih banyak tools berpikir lainnya yang bisa digunakan, seperti First principles thinking, Cynefin framework, Six Thinking Hats dan lain sebagainya.

Tujuan utama dari Basic Thinking Skill adalah agar kita tidak terjebak dengan bias kognitif (cognitive bias) dan kesesatan berpikir (logical fallacy).

Quantitative Reasoning

Kita hidup di dunia dimana hampir semua hal memiliki ukuran. Dan ketika bicara mengenai ukuran biasanya juga akan membicarakan angka. Jadi, kemampuan kuantitatif jelas diperlukan agar kita bisa membuat kesimpulan yang relevan di dunia yang serba angka ini.

Saya merekomendasikan buku The Art of Logic karya Eugenia Cheng. Buku ini akan mengajak kita dari sudut pandang seorang pure mathematician dan hubungannya dengan sosial melalui prinsip deduksi. Bisa jadi setelah membaca buku ini kamu akan melihat dunia ini dengan sudut pandang yang berbeda.

Verbal Reasoning

Yang pernah atau bahkan sering mengikuti test potensi akademik atau psikotest seharusnya sudah tidak asing dengan istilah verbal reasoning. Jadi verbal reasoning adalah suatu sikap atau pemikiran yang didasarkan atas suatu informasi yang di asosiasikan atau di korelasikan sedemikian rupa sehingga menjadi logika yang masuk akal dalam frame atau ruang lingkup tertentu. Biasanya isi test verbal reasoning ini adalah test sinonim, test antonim, padanan hubungan kata, dan pengelompokan kata.

Kenapa verbal reasoning atau penalaran verbal penting?
Penalaran verbal adalah keterampilan penting karena merupakan dasar untuk berkomunikasi dengan orang lain, membaca dan menafsirkan suatu informasi dengan penalaran yang logis, mendiskusikan berbagai macam hal, dan menulis secara benar dengan kosa kata yang bagus. Hal tersebut juga sangat berhubungan dengan persepsi, pemahaman dan pemecahan pertanyaan dengan subjek yang rumit. Selain itu penalaran verbal juga dapat membantu kita menumbuhkan rasa empati.

Scientific Thinking

Bagaimana cara kita membuktikan suatu teori? salah satunya adalah dengan metode empiris. Bukti empiris (juga data empiris, indra pengalaman, pengetahuan empiris) adalah suatu sumber pengetahuan yang diperoleh dari observasi atau percobaan. Bukti empiris adalah informasi yang membenarkan suatu kepercayaan dalam kebenaran atau kebohongan suatu klaim empiris.

Dengan scientific thinking suatu ide/teori/konsep bisa diolah menggunakan teknik induksi, deduksi, experimental design, causal reasoning, concept formation, hypothesis testing, dan lain sebagainya. Singkatnya ya penelitian atau research based.

Atau bisa juga diartikan bahwa scientific thinking itu adalah rasa penasaran untuk membuktikan sesuatu hal dengan melalukan observasi dan memformulasikan hasil observasinya.

Isaac Newton - Quotes, Facts & Laws - Biography
https://www.biography.com/scientist/isaac-newton

Communication Skill

Bagaimana kita menggunakan kata-kata, kalimat bahkan diksi yang tepat dalam menulis atau berbicara. Suatu kata-kata bisa menghancurkan sekaligus menghidupkan. Perhatikan bagaimana Soekarno berpidato, Oemar Said Tjokroaminoto berpidato, tulisan-tulisan Tan Malaka yang mengsinpirasi bedirinya Republik Indonesia dan tokoh-tokoh besar lainnya. Kekuatan kata-kata yang dilontarkan bisa membangkitkan semangat perjuangan bahkan merevolusi keadaan.

Bukan berarti kita harus menjadi seperti mereka, tapi itu adalah contoh kemampuan berkomunikasi. Bahkan kemampuan komunikasi ini seharusnya menjadi hal wajib yang perlu diasah disetiap jenjang pendidikan di Indonesia. Minimal kita bisa berkomunikasi dengan baik terkait dengan kompetensi yang kita miliki. Bayangkan ketika kita berbicara dan orang memahami apa yang kita ucapkan, tentunya akan menyenangkan bukan? dan kita bisa membangun hubungan interpersonal yang panjang serta mendapatkan kepercayaan.

Ya! komunikasi yang baik dan bisa dipahami akan membangun kepercayaan yang bermanfaat untuk jangka panjang.

Empathy

Apa jadinya jika manusia kehilangan rasa empati?

Empati adalah tentang bagaimana kita memposisikan diri kita sebagai orang lain, melihat dari kaca mata atau persepektif orang lain. Harapanya dengan memposisikan diri kita di posisi orang lain, kita bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Memang tidak mudah, sebagian orang tumbuh dengan rasa empati yang baik, tapi sebagian orang sulit berempati. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut. Tapi yang pasti empati bisa dilatih, asalkan ada kemauan.

Empati sangat berguna di dalam kehidupan sehari-hari, dalam pekerjaan, dalam bersosialisasi dan dalam berhubungan dengan banyak orang. Dengan Empati kita bisa menumbuhkan rasa gotong royong atau kebersamaan. Yang dalam pekerjaan akhirnya kita bisa berkolaborasi dengan lebih baik.

Learning Skill

Belajar cara belajar adalah hal yang jarang diperhatikan para pelajar ataupun para orang tua. Setiap orang bisa memiliki caranya masing-masing untuk meraih pemahaman akan suatu hal. Sekalipun banyak metode yang sudah dikembangkan oleh berbagai peneliti.

Saya merekomendasikan buku Belajar Cara Belajar karya Syarif Rousyan Fikri dkk. Penulis sudah merangkum berbagai macam metode belajar yang bisa kamu pelajari, siapa tau ada yang cocok. Selain buku itu ada juga Learning How To Learn karya Terry Sejnowski.

Kenapa memahami belajar cara belajar ini penting? karena, agar kita bisa mendapatkan pemahaman tertinggi dari hasil belajar kita. Salah satu indikator bahwa kita sudah paham adalah kita bisa membuat analogi kita sendiri, lalu kita uji ke orang lain, dengan menjelaskan analogi kita ke orang lain, dan kita lihat apakah analogi kita mudah dipahami oleh orang lain. Metode ini disebut dengan Feynman Technique.

Photo by Mirko Blicke on Unsplash

Author

Engineering Manager, Software Engineer, Chatbot Developer, Natural Language Processing Enthusiast, JAMStack Enthusiast.

Write A Comment