Apa itu VUCA?
VUCA adalah singkatan dari volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity. Istilah VUCA digunakan di dunia militer pada tahun 90an untuk menggambarkan situasi pertempuran, dimana informasi di medan perang sangat terbatas. Namun sebelum itu di tahun 1987, akronim VUCA pertama kali digunakan pada teori kepemimpinan yang di gagas oleh Warren Bennis dan Burt Nanus untuk menggambarkan atau merefleksikan volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas kondisi dan situasi.
Ada beberapa taktik untuk beradaptasi di dunia VUCA.
Volatility
Mengacu kepada situasi kategori sosial tertentu. Ketika seseorang bereaksi atau beraksi berdasarkan suatu situasi tertentu, kemungkinan akan merespon secara berbeda kepada orang lain bergantung dari situasi sosial atau lingkungannya. Ini biasanya disebut juga dengan situasional, oleh karena itu hal ini diketahui sebagai volatility.
Kata dasar volatility adalah volatile, dalam KBBI arti kata volatil adalah mudah berubah.
Menghadapi situasi volatile, kita perlu meningkatkan kejelasan dalam berkomunikasi dan meyakinkan diri sendiri bahwa pesan kita benar-benar sampai dan dimengerti.
Uncertainty
Uncertainty biasanya terjadi pada lingkungan yang volatile. Bisa juga dikarenakan kekurangan informasi untuk membuktikan perspesi terhadap suatu kejadian, atau informasinya tersedia namun sebabnya tidak diketahui dengan jelas.
Uncertainty bisa ditanggulangi dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda, misalnya menggunakan teknik Six Thinking Hats.
Complexity
Levent Işıklıgöz menyarankan untuk mengganti complexity ini menjadi chaos yang menurutnya menggambarkan kondisi saat ini. Hal ini masih didiskusikan di kalangan sociology.
Complexity merujuk kepada interconnectivity dan interdependence dari beberapa komponen di dalam sistem. Complexity bisa dihadapi dengan berkolaborasi dan memahami bahwa tidak ada silver bullet / solusi yang permanen.
Ambiguity
Ambiguity merujuk kepada ketika suatu pengertian umum dari sesuatu itu tidak jelas, bahkan ketika ada cukup informasi yang tersedia. Bedanya dengan uncertainty adalah uncertainty itu ketika informasi yang relevan tidak tersedia atau tidak diketahui, dan ambiguity dimana informasi yang relevan tersedia tapi arti secara keseluruhan tidak diketahui.
Ambiguity menyebabkan orang untuk mengasumsikan jawabannya.
Untuk menghadapi Ambiguity kita perlu meningkatkan kemampuan mendengar sekaligus berpikir secara divergen.
Paradox
Ali Aslan Gümüsay menambahkan paradoks pada akronim yang menyebutnya VUCA + paradox dan VUCAP. Penjelasan lengkapnya ada di artikel berbayar disini https://journals.aom.org/doi/10.5465/amp.2017.0130.
VUCA 2.0
Untuk memimpin di dunia VUCA, Bill George dari Harvard Business School memperkenalkan VUCA 2.0 dengan mendefinisikan ulang 4 huruf akronim menjadi Vision, Understanding, Courage, Adaptability. Kemudian juga ada Bob Johansen yang menulis buku “Leaders make the future” memiliki akronim yang agak berbeda yaitu Vision, Understanding, Clarity, Agility.
Sehingga VUCA 2.0 ini memiliki dua versi yaitu:
- Bill George: Vision, Understanding, Courage, Adaptability
- Bob Johansen: Vision, Understanding, Clarity, Agility
Vision
Para pemimpin memerlukan kemampuan melihat melalui kekacauan agar memiliki visi yang jelas untuk organisasi mereka. Mereka harus mendefinisikan the True North dari organisasi mereka seperti: misi, value dan strategi.
Understanding
Dengan visi yang dimiliki, pemimpin membutuhkan pemahaman mendalam atas kemampuan dan strategi organisasi mereka untuk mengambil keuntungan dari keadaan yang cepat berubah dengan memainkan kekuatan mereka sambil meminimalkan kelemahan mereka. Hati-hati dengan echo chamber, seorang pemimpin sebaiknya memanfaatkan banyak sekali sumber yang mencakup berbagai macam sudut pandang dengan terlibat langsung dengan pelanggan dan tim mereka untuk memastikan mereka menyesuaikan diri dengan perubahan di pasar. Contohnya seperti menghabiskan waktu di toko ritel, pabrik, pusat inovasi, laboratorium penelitian atau hanya bekeliaran dikantor untuk berbicara dengan orang-orang yang penting.
Courage
Saat ini, lebih dari sebelumnya, para pemimpin membutuhkan keberanian untuk menghadapi tantangan dan membuat keputusan yang berani yang mengandung resiko dan sering kali bertentangan dengan keinginan. Mereka tidak bisa menundukkan kepala, menggunakan teknik manajemen tradisional sambil menghindari kritik dan pengambilan risiko. Faktanya, risiko terbesar mereka terletak pada tidak memiliki keberanian untuk mengambil langkah berani. Era ini milik yang berani, bukan yang lemah lembut dan pemalu.
Adaptability
Inilah saatnya bagi para pemimpin untuk fleksibel dalam beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dengan cepat. Rencana jangka panjang sering kali sudah usang pada saat disetujui. Sebaliknya, taktik fleksibel diperlukan untuk adaptasi cepat terhadap perubahan keadaan eksternal, tanpa mengubah arah strategis. Para pemimpin membutuhkan beberapa rencana darurat sambil menjaga neraca keuangan yang kuat untuk mengatasi peristiwa yang tidak terduga.
Visi/Vision akan menyediakan arahan yang jelas untuk bertindak. Pemahaman/Understanding membantu kita mendapatkan perspektif yang berbeda untuk memproses sesuatu hal yang sedang terjadi. Kejelasan/Clarity membutuhkan komitmen, bukan sekadar asal yakin saja terhadap tujuan besar hidup kita. Kelincahan/Agility adalah apa yang diperlukan untuk pivot, untuk secara cepat menyesuaikan terhadap tuntutan situasi baru.
Menurut Bob Johansen, VUCA yang negatif dapat dibalik dengan kepemimpinan efektif yang mengikuti prinsip-prinsip berikut:
- Volatility menghasilkan vision.
- Uncertainty menghasilkan understanding.
- Complexity menghasilkan clarity.
- Ambiguity menghasilkan agility.
Dunia VUCA di masa depan akan dipenuhi dengan berbagai peluang. Bahaya terbesar itu adalah ketika kita tidak bersiap-siap. Oleh karena itu, agar kita bisa mengendalikannya maka kita harus mempersiapkan diri kita maupun organisasi tempat kita berkerja saat ini.
Cara terbaik untuk mempersiapkan diri adalah dengan melihat 10 tahun ke depan. Karena salah satu kemampuan seorang pemimpin yang perlu di asah adalah kemampuan melakukan forecasting. Menerawang masa depan dan membuat perencanaan atas apa yang dilihatnya.
VUCA 3.0
Tidak berhenti sampai di VUCA 2.0, bahkan ada yang membuat versi VUCA 3.0. Namun belum ada kelanjutan apakah benar VUCA 3.0 ini bisa menjadi sesuatu yang relevan dan bisa diterima oleh banyak pihak. VUCA 3.0 merupakan akronim dari Versatile, Unique, Compassionate and Ambidextrous.