Jika kita memiliki rasa penasaran akan banyak hal, bisa jadi itu baik, bisa jadi juga tidak baik. Tergantung, apakah kita dapat mengendalikan rasa penasaran itu. Sesuatu yang tidak terkendali biasanya merugikan, baik bagi diri sendiri maupun orang sekitar.
Rasa penasaran yang mendorong kita ingin mengetahui banyak hal haruslah bisa kita kendalikan dengan baik. Layaknya kendaraan yang dipacu dengan kecepatan 300km/jam. Jika kita tidak dapat mengendalikan kecepatan mobil itu maka kita bisa terpelanting, beradu jotos dengan aspal jalanan. Sama halnya juga dengan keinginan belajar cepat, ingin serba cepat, sekalipun otak bisa dilatih untuk itu, tidak semua orang bisa dan mau menjalani prosesnya.
Otak yang tidak terlatih belajar cepat dan dipaksa belajar cepat malah akan menyebabkan kepusingan yang berujung kepada stress dan perasaan insecure. Setiap orang punya kapasitas yang berbeda-beda dalam menjalani setiap prosesnya.
Sekarang kita coba ingat-ingat sewaktu kita sekolah atau masa remaja. Ketika kita belajar sesuatu yang menurut kita sangat menarik dan asik, lalu kita hanyut di dalam prosesnya. Setelah itu tanpa sadar hal tersebut tersimpan di memori kita dalam jangka waktu yang lama.
Dulu waktu SMP sekitar tahun 2000 saya sudah memiliki komputer dirumah. Saya sangat asik sekali mengoperasikan komputer, mengotak ngatik sistem operasi DOS dan Windows dan diajarkan merakit komputer. Saking asiknya saya hanyut beberapa kali dalam prosesnya. Dan sampai saat ini, saya masih ingat rasa asiknya pada kala itu. Suasananya dan bahkan bau perangkat keras baru yang dikeluarkan dari dus-dusnya. Luar biasa sekali bukan ingatan manusia!.
Ya!, ingatan kita dapat membangkitkan berbagai macam hal seperti bau, wangi, warna, suasana dan lain sebagainya. Luar biasa ya!
Hari ke hari, tahun ke tahun, usia kita semakin bertambah, jaman semakin maju, dan semakin banyak yang harus dipelajari untuk bisa bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan. Merasa semakin banyak yang harus dipelajari serta ditambah kesibukan bekerja maka cara instan sering kali menjadi pilihan. Secara perlahan-lahan mengubah pola pikir kita menjadi ingin belajar serba cepat.
Kita lupa bahwa belajar itu harus asik agar kita bisa hanyut di dalam prosesnya.
Photo by Ryan Parker on Unsplash